31 Oktober 2008

Yang Kuat, Yang Berkuasa

Ceritera No : 9.
YANG KUAT YANG BERKUASA.
Pertandingan Sumo atau gulat ala Jepang cukup seru untuk ditonton. Dua manusia `gendut` menggunakan cawat adu kekuatan saling berhadapan dan berusaha saling menjatuhkan. Siapa yang jatuh dan tak berkutik lagi, dialah yang kalah.

Sumo alias gulat yang dilakukan oleh orangutan jantan dewasa tak kalah serunya. Dua raksasa rimba ini umumnya berkelahi merebutkan pasangan atau mempertahankan kekuasaan pada suatu daerah. Atau kadang-kadang ada jantan yang mencoba lawan tanding dengan jantan penguasa yang tak terkalahkan.

Biasanya jantan yang ingin mencoba kesaktiannya itu jantan-jantan muda yang akan menginjak dewasa, mulanya saat masih `ingusan’ pernah dikalahkan oleh jantan penguasa.

Ambil contoh di lokasi Rehabilitasi Tanjung Puting. Penguasa selalu berganti-ganti pada suatu saat. Apabila belum ada jantan yang mengkudeta dan memaksa untuk “lengser” maka sang penguasa akan tetap bercokol pada suatu tempat kekuasaannya.

Memang tanpa `promotor` dia akan mempromosikan dirinya sendiri dengan suara lengkingan panjang (long call). Suara jantan dewasa ini bisa menggema ke seantero belantara. Kita dapat mendengarkan hingga jarak 5 km lebih bila sang penguasa sedang bersenandung.

Maka bagi jantan-jantan yang merasa dirinya belum terkalahkan atau yang berkuasa pada tempat tersebut atau jantan muda yang ingin menjajal `kekuatan` akan mendatangi asal suara tersebut.

Lain halnya dengan jantan yang tak punya `nyali`, yang hanya berani dengan anak kecil, orangutan betina, jantan yang pernah kalah atau jantan yang tak punya kekuatan lagi karena usianya telah lanjut, akan menjauhkan diri dari suara `long call` tersebut. Malah ada jantan yang saking takutnya saat sedang makan di pohon langsung turun ke tanah, lari terbirit-birit dan terkencing-kencing menjauh.

Pernah kejadian sekali pada orangutan liar. Rupanya `sang jagoan` tanpa bersuara mendekati orangutan yang sedang makan. Sang jagoan langsung melabrak dan mengejarnya hingga dapat. Orangutan yang sedang makan, tidak mempunyai cukup waktu lagi untuk menghindar. Memang ukurannya jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan sang jagoan.

Mungkin saking takutnya, hingga berak dan kencing, sambil teriak dan menangis serta menjerit. Jantan yang baru datang tak memberi ampun, terus mengejar dan menggigit. Satunya berusaha menghindar, tetapi keburu kakinya tertangkap. “Maaf tuan mohon ampun. Saya tak sengaja memasuki wilayah tuan. Saya akan segera meninggalkan daerah ini. Sekali lagi mohon ampun”. Kira-kira seperti itu bila diterjemahkan dalam bahasa manusia.Hanya orangutan saja yang mengetahui bahasanya.

Tak lama sang jagoan membiarkan lawannya pergi meninggalkannya. Secepat kilat merosot dari pohon dan turun ke tanah, lari sekencang mungkin dan lenyap di kelebatan rimba.

Lain halnya bagi para gadis atau orangutan betina yang sedang `estrus` bila mendengar suara jantan justru akan mendekati. Memang suara jantan tersebut selain mempromosikan diri, juga berfungsi memanggil orangutan betina yang memasuki masa birahi.

Bila suatu saat, antara jantan sudah bertemu muka sesama jantan yang mempunyai nyali, maka perkelahian pun tak dapat dihindarkan. Dua-duanya saling berhadapan persis seperti pertandingan sumo dan saling menunjukkan taringnya yang tajam. Lantas bila jurusnya sudah siap, saling bergumul dan menggigit. Satu lengah, satu menubruk. Tak sungkan-sungkan menyerang dari belakang, siapa yang sigap dan cekatan, dialah yang bisa melukai lawannya.

Maka tak heran jantan-jantan jagoan sering terlihat banyak mempunyai cacat. Seperti jarinya patah atau tak bisa dibengkokkan, bantalan pipinya robek, matanya buta sebelah atau bibirnya sumbing atau bagian tubuh lain cacat dan bekas luka.

Ada juga jantan yang mempunyai sifat ksatria. Lebih baik mati daripada tunduk dan menyerahkan predikat penguasa kepada jantan lain. Dia bertempur hingga titik darah penghabisan. Sekali pernah diketemukan bangkai orangutan jantan yang mati dan penuh luka, diperkirakan habis berkelahi. Ada juga jantan yang belum pernah berkelahi atau malah penakut.

Pertarungan penguasa hutan ini memang sungguh menarik bila beruntung bisa menemui dan menyaksikan. Seperti pertarungan antara CURLY dan Zoro yang kebetulan berada di seputaran kamp.
Pertunjukan pada tahun baru 1984 itu banyak mengundang para penghuni kamp (manusianya bukan orangutan) untuk menyaksikan.

Mulanya CURLY sedang asyik berpasangan dengan orangutan betina. Datanglah Zoro jantan yang masih muda mungkin ingin mendekati betina yang ada kamp. Namun, di kamp sudah ada sang penguasa, dialah CURLY.
Maka perkelahian pun tak dapat dihindarkan. Seru, saling memukul bergumul. Zoro mau naik ke pohon, CURLY menarik dari bawah dan bergumul lagi. Saling kejar-mengejar mencari areal yang lapang dan gulat lagi. Pohon kecil banyak yang roboh dan patah diterjang manusia hutan yang sedang bertanding.
Rupanya Zoro kalah pengalaman dalam hal bertarung. Zoro belum benar-benar KO, hanya kabur untuk sementara. CURLY terus mengejar hingga benar-benar sudah jauh. Sang penguasa akhirnya kembali lagi ke pasangannya. Itulah orangutan yang berusaha melestarikan kekuasaanya.

0 komentar:

AKU DAN SISWOYO

AKU DAN SISWOYO
Aku dan Sis tahun 1983, waktu pertama kali melakukan penelitian orangutan, Dia meninggal saat melahirkan anak, terlulu sering melahirkan. Biasanya orangutan, jarak kelahiran anak yang satu dengan yang lain 5-7 tahun. Tapi Sis kurang dari 4 tahun. Maklum setiap harii di Camp, badan subur dan jantanpun sering menaksirnya. Saat melahirkan ari-arinya ketinggalan, terinfeksi setelah ditemukan sudah koma. Siswoyo punya anak 3, Siswi, Simon dan Sugarjito.