24 Januari 2014

KETIKA ALAM SUDAH MULAI BERUBAH..

Ketika sumber daya alam, atau hasil hutan semakin menipis dan peraturan untuk mengambil hasil hutan semakin ketat, penegakan hukum terus ditingkatkan, maka ada permasalahan ekonomi dari hasil hutan dan pendapatan bagi masyarakat. Ketika lahan sudah banyak berubah menjadi berbagai kepentingan, terutama perkembangan perkebunan yang semakin meluas, masyarakat banyak menjual lahannya ke perusahaan, hutan semakin menipis, maka terjadilah perubahan ekologis, berbagai bencana datang, lambat tapi pasti. Langsung ataupun tidak, mempengaruhi dan mengurangi nilai pendapatan masyarakat dalam bidang ekonomi. Ketika suatu daerah di mana wilayahnya sudah berubah menjadi perkebunan, dan masyarakatnya tidak ada lagi yang bertani, maka pengambil keputusan memulai berpikir, seandainya terjadi perubahan perdagangan perkebunan secara global terjadi penurunan, apa yang terjadi. Ketika pertambahan penduduk terus meningkat, namun penyiapan lapangan pekerjaan di daerahnya tidak ada, maka akan terjadi perpindahan penduduk ke perkotaan. Sebuah masalah baru bagi pemerintah daerah hingga pusat. Sehingga diperlukan pembukaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat di perdesaan. Oleh karena itu berbagai lapisan masyarakat, mulai dari pengambil keputusan di daerah, hingga masyarakat yang tiggal di pedalam, lembaga swadaya masyarakat dan pelestari lingkungan, memulai mencari alternative lain, untuk peningkatan ekonomi dan pendapatan asli daerah, yang tidak merubah bentang alam. Sehingga kini, mulai pelaku lingkungan, pendamping masyarakat, beberapa pengambil keputusan di daerah, berpikir untuk mengembangkan ekonomi yang berbasis masyarakat dan ramah lingkungan, salah satunya adalah pariwisata. Pariwisata adalah bidang yang melibatkan semua sektor, melibatkan masyarakat dari hulu hingga hilir, meningkatkan pendapatan mulai dari negara hingga perdesaan. Pariwisata tidak mengenal batas wilayah, dapat bermain di semua lapisan masyarakat dari pemilik modal hingga pelaku di lapangan, kini mulai dilirik untuk menjadi sebuah pengembangan ekonomi di beberapa daerah. Di berbagai tempat memiliki panorama yang mendukung, di beberapa provinsi dan kabupaten, memiliki kawasan konservasi dengan flora fauna unik. Di beberapa tempat, dianugerahi panorama yang indah dan bentang alam yang yang masih asri, alami, belum tersentuh untuk pengembangan pariwisata. Namun terkadang kita lupa, bahwa pengembangan pariwisata itu memerlukan sebuah proses, memerlukan waktu, mulai daerah tujuan wisata yang ada, akses menuju ke lokasi, penyiapan sumber daya manusia, pembuatan paket wisata, pengembangan jaringan pemasaran, promosi dan bekerja sama dengan berbagai pihak.
Tak ada salahnya bila sektor ini mulai dikembangkan, mulai dirintis bila hal ini baru akan dilakukan. Namun bila sudah berjalan, sudah ada yang melakukan, kini harus dimulai untuk meningkatkan sumber daya manusianya, mulai memikirkan manajemen pengelolaan, membuat paket unggulan, membangun sebuah jaringan dengan pelaku pariwisata, membuat kelembagaan yang dapat memayungi program itu, meningkatkan koordinasi, komunikasi dengan berbagai lembaga, baik pemerintah atupun swasta, dan mensosialisasikan kepada masyarakat serta meningkatkan pendampingan. Sehingga mimpi yang ada dalam benak untuk pengembangan ekonomi yang berkelanjutan berbasis dengan masyarakat dapat terwujud. Tidak perlu modal besar, tidak harus merubah bentang alam, namun dengan keadaan yang masih tradisional, alami, kekeluargaan yang kuat, adat istiadat dan budaya masih terjaga, memiliki nilai tersendiri dalam pengembangan pariwisata yang berbasis pada masyarakat, adalah sebuah modal utama dalam pengembangan pariwisata ini. Kini tinggal bagaimana kita menyikapi, dari mana untuk memulai, dan apa yang harus dilakukan untuk pengembangan pariwisata yang berbasis kepada masyarakat. Tapi harus harus yakin, bahwa pengembangan ekonomi di sektor ini, suatu saat akan menuai hasil. Karena bisnis ini, bukanlah bisnis instant, namun perlu waktu dan proses, untuk mencapai hasil yang optimal. Oleh karena itu diperlukan kerja sama dengan semua pemangku kepentingan, dan bukan sama-sama kerja.

AKU DAN SISWOYO

AKU DAN SISWOYO
Aku dan Sis tahun 1983, waktu pertama kali melakukan penelitian orangutan, Dia meninggal saat melahirkan anak, terlulu sering melahirkan. Biasanya orangutan, jarak kelahiran anak yang satu dengan yang lain 5-7 tahun. Tapi Sis kurang dari 4 tahun. Maklum setiap harii di Camp, badan subur dan jantanpun sering menaksirnya. Saat melahirkan ari-arinya ketinggalan, terinfeksi setelah ditemukan sudah koma. Siswoyo punya anak 3, Siswi, Simon dan Sugarjito.