13 Juli 2009

Pamurbaya Lokasi Pas bagi Periset Memantau Burung


Jum'at, 05 Juni 2009
SURABAYA - Tak banyak yang tahu, Pantai Timur Surabaya (Pamurbaya) ternyata menyimpan eksotisme. Siapa sangka, di tengah keriuhan metropolis, masih ada hamparan bakau seluas 871 hektare dari 15 jenis. Siapa mengira Surabaya dengan ribuan pabriknya yang menghasilkan polusi masih menyimpan 137 spesies burung.Keanekaragaman hayati Pamurbaya itu mengundang kepedulian pemkot untuk melindungi. Bersama PT HM Sampoerna melalui Yayasan Pendidikan dan Konservasi Alam (YPKA), pemkot mengadakan penelitian untuk menemukan metode pengelolaan yang tepat bagi Pamurbaya.Berdasar penelitian YPKA, hutan bakau di Pamurbaya dengan beragam spesies tanaman serta hewan di dalamnya layak dijadikan kawasan lindung. Namun, penetapannya sebagai kawasan lindung tidak serta-merta membatasi pengelolaannya. ''Kawasan lindung Pamurbaya dapat dikelola dengan filosofi kearifan lokal. Artinya, masyarakat setempat harus diberdayakan untuk ikut mengelola,'' kata Ahmad Suwandi, team leader YPKA untuk Pamurbaya.YPKA merekomendasikan beberapa hal. Menurut Suwandi, Pamurbaya layak dijadikan ekowisata. Pemkot bisa membuat paket-paket wisata menjelajah hutan bakau menggunakan jalur laut. ''Wisatawan dapat diajak mengenali keanekaragaman hayati Pamurbaya dengan berkeliling dari Boezem Wonorejo menuju hutan bakau hingga Medokan Ayu,'' jelasnya.Hanya, Suwandi mengeluhkan infrastruktur jalan. ''Jalan menuju Boezem Wonorejo sebagai lokasi start ekowisata harus diperbaiki. Selain itu, perlu dibangun jalan setapak atau jembatan kayu yang menunjang kegiatan ekowisata,'' katanya.YPKA juga mengusulkan agar Pamurbaya dijadikan pusat penelitian ekosistem pantai, terutama hutan bakau. Pamurbaya menyimpan spesies kucing bakau yang saat ini mendekati punah. Selain itu, bakau Pamurbaya dijadikan tempat persinggahan burung gajahan yang terbang dari Australia menuju Rusia. ''Hal itu akan sangat menarik bagi para periset untuk memantau burung. Kita bisa menandai burung tersebut dan meneliti alur perjalanannya,'' ungkapnya.Menanggapi rekomendasi tersebut, Kepala Bappeko Tri Rismaharini menyatakan, pemkot sepenuhnya menyetujui usul tersebut. Namun, dia mengingatkan agar pengelolaan Pamurbaya melibatkan masyarakat sekitar. ''Kalau kesejahteraan masyarakat tidak ikut ditingkatkan, ya percuma. Mereka pasti akan merusak apa yang telah ada karena urusan perut,'' tegasnya.Kepala Dinas Pertanian Samsul Arifin mengemukakan, pemkot telah menyiapkan dana Rp 20 miliar untuk mengelola Pamurbaya menjadi kawasan lindung sekaligus ekowisata dan pusat riset. Pembangunan ekowisata dilaksanakan pada 2010. (uri/cfu)

Pemkot Surabaya Kembangkan Kawasan Ekowisata

Pemkot Surabaya Kembangkan Kawasan Ekowisata
871 Hektar Diusulkan Menjadi Hutan Lindung Nasional
Jumat, 5 Juni 2009 14:06 WIB

Surabaya, Kompas - Kawasan hutan bakau seluas 871 hektar di Pantai Timur Surabaya diusulkan menjadi hutan lindung nasional. Kawasan Wonorejo itu akan dikembangkan sebagai kawasan ekowisata, budidaya, riset, dan hutan lindung.
Menurut Kepala Badan Perencanaan Kota Surabaya Tri Rismaharini, usul itu disampaikan pada Kementerian Negara Lingkungan Hidup pada akhir tahun 2008. "Kawasan itu harus dilindungi fungsi lingkungannya," kata Rismaharini, Kamis (4/6) di Surabaya.
Ketua Tim Riset Yayasan Pendidikan dan Konservasi Alam (Yapeka) Ahmad Suwandi menjelaskan, ke-871 hektar itu terdiri atas 51 hektar kawasan lindung inti sebagai kawasan konservasi, 387 hektar kawasan penyangga (buffer zone) untuk konservasi hutan bakau pada masa mendatang, dan 433 hektar yang akan diperuntukkan bagi budidaya ekonomi masyarakat sekitar.
"Kami merekomendasikan wilayah budidaya digunakan untuk tambak bandeng atau udang, tetapi paling utama kawasan ini bisa ditujukan untuk ekowisata, pendidikan lingkungan hidup, dan riset," kata Suwandi.
Namun, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya perlu memperbaiki infrastruktur jalan menuju lokasi ini agar lebih ramah bagi penggunanya. "Kawasan menuju timur Surabaya terbilang tidak mulus dan berputar-putar," tutur Suwandi.
Pengembangan kawasan hutan mangrove Wonorejo ini diperkirakan membutuhkan biaya Rp 20 miliar. Total biaya Rp 20 miliar itu, menurut Rismaharini, akan diambil dari APBD 2009 Perubahan.
Rismaharini mengemukakan, pengerjaan detailed engineering design (DED) bernilai Rp 400 juta terkait dengan pengembangan wilayah ini telah dibiayai PT HM Sampoerna Tbk. Sementara riset atas potensi wilayah dikembangkan melalui kerja sama Pemkot Surabaya, Yapeka, dan Sampoerna.
Potensi hayati
Kepala Dinas Pertanian Kota Surabaya Samsul Arifin memaparkan, keberadaan kawasan hutan bakau Wonorejo di Pantai Timur Surabaya (Pamurbaya) ini berpotensi meningkatkan keragaman hayati di Indonesia.
Ia mencontohkan, spesies burung mengalami peningkatan jumlah spesies hingga empat kali lipat. Tahun 2005 spesies burung hanya mencapai 35 jenis, tahun 2006 meningkat menjadi 47 jenis, tahun 2007 menjadi 83 jenis, dan tahun 2009 ini menjadi 137 jenis.
"Wilayah ini pada tahun 2001-2002 mencapai tingkat kerusakan paling parah. Namun, perbaikan kawasan terus dilakukan hingga saat ini kondisinya baru mencapai 60 persen keadaan semula," kata Samsul.
Di antara ratusan jenis burung itu terdapat beberapa jenis burung yang berada dalam ambang kepunahan, antara lain kuntul cina (Egretta eulophotes), trinil nordman (Tringa guttifer), cerek jawa (Charadrius javanicus), dan kacamata jawa (Zosterops flavus).
Di kawasan inti hutan mangrove ini, menurut data Yapeka, terdapat sedikitnya 16 jenis mangrove, 7 jenis primata, 10 jenis ular, dan 34 jenis ikan. (DEE)

Pastikan Konservasi Pamurbaya

Kamis, 4 Juni 2009 08:38 WIB
Surabaya Post/Bhakti Pundhowo: Makin banyak saja kelompok masyarakat yang peduli pada konservasi hutan bakau di Pantai Timur Surabaya. Pemkot berharap kawasan konservasi Pamurbaya didukung pusat.
Pemkot Surabaya berharap pemerintah pusat membantu dengan UU
SURABAYA - Tidak ada kata lain, Pantai Timur Surabaya (Pamurbaya) harus dijadikan lahan konservasi. Penegasan itu diungkapkan Walikota Surabaya, Bambang D.H. dalam Diskusi Terbatas “Potensi Keanekaragaman Hayati dan Peta Sosial Kawasan Hutan Bakau Pamurbaya”, Rabu (3/6).
Yang bisa dijanjikan Bambang adalah, memaksimalkan masa jabatan yang tersisa 1 tahun untuk memastikan kawasan konservasi itu berjalan.
“Mereka yang memiliki izin mendirikan bangunan (IMB) atau izin pemanfaatan lahan dan faktanya memang sudah berdiri bangunan tersebut, kami biarkan. Tapi mereka yang sudah memiliki IMB namun belum membangunan bangunan yang dimaksud, maka IMB-nya kami cabut,” katanya dalam acara di Hotel J.W. Marriott tersebut.
Mayoritas izin pemanfaatan lahan, kata Bambang dikeluarkan oleh Pemprov Jatim sejak sebelum dirinya menjabat.
Langkah lain yang dilakukan Bambang adalah meminta Badan Pertanahan Nasional (BPN) untuk tidak mengeluarkan sertifikat atas tanah oloran di Pamurbaya. Asal tahu saja, melalui foto satelit terlihat bahwa antara 1972-2009 muncul 176 ha tanah oloran di kawasan Pamurbaya.
“Banyak bandar tanah oloran di Surabaya. Mereka bukan orang-orang biasa. Kami coba membendung mereka dengan cara membentuk Perda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang salah satunya berisi bahwa Pamurbaya merupakan kawasan konservasi. Akan lebih bagus lagi bila pemerintah pusat mendukung rencana ini, misalnya dengan mengeluarkan UU kawasna konservasi Pamurbaya,” urai Bambang.
Rombongan Pemkot Surabaya sudah pernah menghadap ke Departemen Kehutanan dan Kementerian Lingkungan Hidup untuk mencari dukungan tersebut.
Pamurbaya sendiri memang layak dilindungi. Selain manfaat besarnya sebagai penahan abrasi dan pendorong perikanan, ia juga menjadi laboratorium dan objek wisata alam. Keanekaragaman hayati Pamurbaya jauh lebih bervariasi dibanding banyak lahan konservasi lain di Asia Tenggara. Pamurbaya, misalnya, memiliki 15 spesies mangrove alami. Padahal, Suaka Margasatwa Muara Angke, Jakarta, hanya memiliki 6 spesies dan Kawasan Konservasi Sungei Buloh, Singapura, hanya memiliki 9 spesies mangrove. Variasi mangrove di Surabaya hanya kalah dibanding Mangrove Information Center, Bali yang memiliki 18 spesies. “Itu pun karena ditanam. Sementara mangrove Pamurbaya tumbuh alami,” promosi Bambang.
Selain itu, Pamurbaya juga menjadi habitat 53 spesies serangga, 83 spesies burung (termasuk burung migran yang melintas mulai Selandia Baru hingga Siberia), dan 7 spesies primata. Kelompok terakhir ini menjadi kekayaan khusus Pamurbaya. Di banyak hutan bakau lain, biasanya primata hanya ada 1-2 spesies saja.
“Binatang di Pamurbaya masih sangat alami. Kera ekor panjang, misalnya, tidak mengambil makanannya dengan tangannya. Mereka mencari makan dengan menjulurkan ekornya ke air. Saat dijepit oleh kepiting, ekor itu dihentakkan ke atas, barulah kepitingnya ditangkap tangan dan dimakan. Ini menunjukkan perilaku yang masih alami, masih jauh dari peniruan terhadap pola tingkah laku manusia,“ urai Ahmad Suwandi, peneliti dari Yayasan Pendidikan dan Konservasi Alam (Yapeka) yang melakukan penelitian di Pamurbaya.
Contoh lain keaslian tingkah laku kera adalah menggaruk badannya dengan tangan terdekat. Bila badan bagian kiri yang gatal, maka kera-kera itu akan menggaruk menggunakan tangan kiri pula. Sebaliknya, manusia menggaruk bagian kiri menggunakan tangan kanan. “Kalau kera menggaruk badan bagian kiri dengan tangan kanan, berarti ia sudah meniru manusia,“ kata Suwandi.
Yapeka sendiri merekomendasikan agar 871 ha kawasan konservasi Pamurbaya dibagi ke dalam 3 zona. Zona inti (51 ha) dipakai untuk pusat pengembangbiakan bakau. Sementara 387 ha zona penyangga dialokasikan untuk pengembangan bakau di masa depan, sementara 433 ha zona budidaya dipakai untuk aktivitas ekonomi berkelanjutan.
“Pemkot sendiri merencanakan kawasan lindung itu hingga sekitar 2.300 ha, “ tegas Bambang. spd

AKU DAN SISWOYO

AKU DAN SISWOYO
Aku dan Sis tahun 1983, waktu pertama kali melakukan penelitian orangutan, Dia meninggal saat melahirkan anak, terlulu sering melahirkan. Biasanya orangutan, jarak kelahiran anak yang satu dengan yang lain 5-7 tahun. Tapi Sis kurang dari 4 tahun. Maklum setiap harii di Camp, badan subur dan jantanpun sering menaksirnya. Saat melahirkan ari-arinya ketinggalan, terinfeksi setelah ditemukan sudah koma. Siswoyo punya anak 3, Siswi, Simon dan Sugarjito.