20 Oktober 2008

CEMBURU YANG BERLEBIHAN


Ceritera Nomor 7.
CEMBURU YANG BERLEBIHAN.

Istri mencemburukan suami atau sebaliknya, itu biasa. Atau seorang pacar cemburu terhadap pasangannya, sering kita dengar, khususnya pada manusia. Atau perkelahian binatang yang sejenis, umumnya pada jantan, untuk memperebutkan betina, atau jantan mengusir jantan lain untuk melindungi pasangannya, sudah umum dan hampir terjadi pada setiap jenis binatang.

Tapi kalau binatang mencemburui manusia itu aneh, yah tak mungkin kalau manusia beradab sampai jatuh cinta beneran sama binatang. Tapi ini benar-benar binatang cemburu kepada manusia. Sungguh, memang satwa satu ini, yang konon 90% dekat kekerabatannya dengan manusia ini benar-benar sudah jatuh cinta kepada manusia, itulah orangutan.

Adalah Supinah, nama orangutan betina penghuni Kamp Rehabilitasi, memang telah lama akrab dengan semua karyawan. Supinah hanya suka dengan karyawan lelaki, baik bermain dan bercanda, dan tak suka sama sekali dengan karyawan perempuan. Kalau ketemu perempuan pinginnya selalu menyerang tak peduli karyawan itu yang setiap hari ketemu ataupun pengunjung yang datang. Kecuali perempuan kulit putih. Entahlah.

Ceritanya begini. Salah seorang karyawan telah lama akrab dengan semua orangutan yang ada di kamp, termasuk Supinah. Supinah sering diamati perilakunya, hampir setiap hari. Memang orangutan satu ini mempunyai perilaku yang macam-macam dan cerdik di antara kawan-kawannya dalam beberapa hal. Supinah bisa mengerjakan sesuatu, bila melihat yang dikerjakan karyawan. Misalnya mencabut rumput, menggergaji kayu, atau membersihkan rumput dengan cangkul atau mencuci baju di jembatan.

Suatu ketika, karyawan yang “diakrabi” Supinah tadi nikah dan istrinya diajak ke kamp. Rupanya istri sang karyawan belum bisa akrab dengan `nenek moyang` ini.
Supinah yang tidak tahu tentang adat dan kebudayaan bangsa manusia, bahwa suatu saat manusia itu akan berumah tangga, cemburu. Dia mencemburui wanita yang baru beberapa hari datang di kamp sudah nempel terus dengan karyawan yang sudah lama ia kenal.

“Saya embat juga ini manusia perempuan, baru beberapa hari datang sudah berani `nempel` teman saya”, begitu mungkin seandainya Supinah bisa ngomel.

Memang benar, Supinah setiap hari mengincar istri karyawan tersebut. Pagi-pagi sudah menunggu di kolong rumah. Suaminya selalu melindungi sang istri bila Supinah hendak menyerang. Kadang-kadang harus menghardik atau menakut-nakuti dan mengusir Supinah.

Rupanya Supinah sudah sampai puncak kecemburuannya. Tidak sabaran lagi. “Sial bener, saya yang sudah lama di sini dicuekin, mentang-mentang sudah dapat wanita manusia cantik”, perasaan Supinah dalam hati, mungkin.

Benar. Supinah dari kolong rumah secepat kilat menyerang karyawan tadi. Supinah `membokong` dari belakang. Tak ada 2 menit, sudah dapat melumpuhkannya. Karyawan tadi, hanya bisa menjerit dan minta tolong kepada karyawan lain. Dia tak melawan, dan tak memukul walaupun membawa tongkat. Dan mungkin tak menduga kalau akan diserang orangutan, seperti Supinah.

“Karyawan tersebut tak melawan, soalnya kalau memukul Supinah saat menggigit, takut kena anaknya yang masih kecil dalam gendongan” kata karyawan yang “dicemburui” Supinah. Kasihan tak bisa jalan, harus dipapah kemana pergi. Kedua kakinya kena gigit dan kedua tangannya kena cakar. Kasihan nasibmu.

Supinah lari masuk hutan, setelah mendengar bala bantuan karyawan berdatangan. Supinah sudah puas, dapat melampiaskan kemarahannya yang terpendam. Mungkin hatinya hancur berkeping-keping.

Kini Supinah telah pergi ke hutan tak kunjung datang ke kamp lagi. Mungkin di sana telah menemukan `kecintaan` yang sejati di alam kehidupan di tengah rimba raya. Maafkan Supinah, selamat jalan semoga hidupmu tenang. Ingin tahu siapa yang dicemburui Supinah, ya saya, penulis. Kasihan. (Foto oleh Ralph Arbus - OFI)

1 komentar:

Suer@Ngelantour mengatakan...

Hehehee...kayaknya gua tauk betul siapa yg dicemburui Supinah... Kok gak ada cerita ttg istrinya si karyawan yg juga diuber-uber Supinah?..hhehe...lanjut mas..
Suer

AKU DAN SISWOYO

AKU DAN SISWOYO
Aku dan Sis tahun 1983, waktu pertama kali melakukan penelitian orangutan, Dia meninggal saat melahirkan anak, terlulu sering melahirkan. Biasanya orangutan, jarak kelahiran anak yang satu dengan yang lain 5-7 tahun. Tapi Sis kurang dari 4 tahun. Maklum setiap harii di Camp, badan subur dan jantanpun sering menaksirnya. Saat melahirkan ari-arinya ketinggalan, terinfeksi setelah ditemukan sudah koma. Siswoyo punya anak 3, Siswi, Simon dan Sugarjito.