05 Agustus 2011

Robot, Bahasa dan Senyuman Manis Sang Pramugrari

Setiap naik pesawat dari berbagai maskapai penerbangan, baik dalam dan luar negeri, sepertinya mempunyai SOP (Standard Operational Procedure) yang sama. Gayanya seorang pramugari dalam memberikan instruksi, informasi yang disampaikan, petunjuk yang diberikan, dsb. Hanya beda di bahasa pengantar saja, bahasa nasional dan bahasa international. Pekerjaanya monoton, pekerjaan kemarin dikerjakan hari ini, dan diulang lagi esok hari, begitu dan begitu seterusnya. Kerjanya kayak robot, sudah diprogram.

Saya gak kebayang, kalau seandainya bahasa pengantar pakai bahasa daerah. Pesawat mau ke Jogja, Solo atau kota lain pakai bahasa Jawa, atau bahasa Sunda kalau ke Bandung. Dan bahasa Batak, Padang, Aceh, Dayak, Betawi, entahlah banyak sekali dengan bahasa lain di nusantara ini. Kemudian pakai bahasa internasional, supaya penumpang juga belajar bahasa Inggris dan mengenal bahasa daerah. Sekalian mengingatkan dan melestarian bahasa. Sugeng Sumping, Sugeng Rawuh, Horas dsb. Konon, menurut ahli bahasa, beberapa bahasa daerah, nyaris punah.

SOP di dalam pesawat, rata-rata gak jauh berbeda. Senyuman pramugari dengan ucapan selamat datang. Senyumannya pun berbeda. Di pagi hari masih segar, tulus dan membawa makna. Mana kala sudah siang, terlihat senyuman itu dipaksakan, mungkin sudah capai. Dan mau gak mau harus dilakukan, karena sudah SOP seorang pramugari. Saya sendiri kebayang, waktu selamatan pernikahan saya, memberikan senyuman lebih dari 100 undangan yang akan menyalami, capai juga bibir ini. Apalagi pramugari, berapa ratus orang, harus diberikan senyuman. Gak kebayang juga kalau pramugari yang biasa di depan pintu itu, senyum salaman juga, heheheh.....kayak kabayan.

Agenda selanjutnya, paramugari adalah memberikan peragaan, bagaimana menggunakan sabuk pengaman, pelampung ataupun masker oksigen. Tapi kadang aku belum tahu juga, bila terjadi sesuatu, aku juga belum tahu, cara buka pintu atau jendela darurat, kalau pas dapat bagian di tempat duduk yang berdekatan dengan pintu darurat. Tentu gak perlu diperagakan dengan membuka jendela darurat itu kan. Lantas aku kebayang juga kalau penyampaian itu, pakai bahasa daerah, entahlah terjemahannya seperti apa.

Penyampaian peragaan, juga standar seorang pramugari. Dari tahun ketahun, gak ada perubahan. Ada pesawat yg sudah pakai vedio, sudah mendingan, sehingga pramugari sudah tidah pakai berlenggak lenggok memperagakan instruksi yang disarankan. Seperti wayang memainkan peranan, sedangkan dalangnya, yang membacakan teksnya. Tentu sudah hafal, nglotok di luar kepala, karena diucapkan setiap akan terbang.

Aku kebayang lagi nih, apakah gak ada cara lain dalam pemberian peragaan itu, yang membuat penumpang tertarik. Gak hanya diam memperagakan, tapi sambil jalan, kepada penumpang yang belum paham. Saya yakin banyak penumpang yang gak tahu. Apalagi saat ini terlihat penerbangan tidak hanya dimiliki orang kelas ekonomi atas. Mulai dari bawahpun, banyak pada naik pesawat. Karena harga terjangkau. Bila dibandingkan naik kapal atau bis, harga tak jauh beda, tapi naik pesawat mempersingkat waktu dan jajan di sepanjang perjalanan. Misalnya penyampaian itu setengah diskusi, bertanya kepada penumpang yang belum paham, atau dengan cara seperti apa, agar mendapatkan perhatian dan didengar oleh penumpang.

SOP selanjutnya membagi makanan, kalau ada. Karena sudah ada beberapa maskapai yang gak ngasih lagi. Malah beberapa maskapai yang jualan makanan, atau minuman. Sudah kayak kereta ekonomi saja atau bis yang jualan makanan, atau pernak pernik kebutuhan pribadi.

Otakku langsung berpikir, ketika melihat para penumpang yang ngelamun selama penerbangan. Tidur tak bisa, baca koran atau majalah, kayaknya gak ada yang menarik. Tapi ada juga yang gak mau diam, ngetik buka laptop, main game, denger lagu, baca, isi teka teki. Dan semua itu tergantung si penumpangnya. Kalau seperti saya yang seneng nulis, gak ada laptop, yah pakai HP aja, yang penting, gak ada waktu luang untuk bengong, tapi lamunan, impian atau ide, bisa saya tuangkan dalam bentuk tulisan, seperti tulisan ini. Lumayan 1 jam penerbangan, bisa menuangkan buah pikiran.

Kalau pesawat yang ada TVnya atau memutar film humor, tampak berbeda para penumpang itu. Banyak yang tertawa, walau gak ada kata katanya, tapi dengan bahasa tubuh sudah bisa membuat orang tertawa.

Entah barang kali lamunan saya agak gila, kalau dalam pesawat itu ada hiburan, biar membuat penumpang yang sedang gundah bisa sumringah, yang patah hati terobati, yang kesusahan dapat hiburan, orang yang sibuk dengan pekerjaan, dapat inspirasi untuk dikembangkan. Banyaklah. Sehingga penumpang mendapatkan kesan dalam sebuah perjalanan. Misalnya ada yang main gitar, sulap ala pengamen di bis, atau kreta api.

SOP berikutnya adalah ucapan terima kasih ketika penumpang turun. Hampir sama senyuman yang disampaikan kepada penumpang. Kata iklan pasta gigi, senyuman sejuta arti. Entahlah arti senyuman pramugari itu, yang tahu artinya hanya Allah dan pramugari saja yang tahu.

"Terimakasih.....ih penumpang nyebelin....".
"Terima kasih... Cakep juga euy"
"Terima kasih, semoga selamat sampai tujuan" amien.
"Terima kasih, semoga kembali lagi naik masakapai kami"...kepanjangan, berapa orang yang harus disampaikan seperti itu, supercapai, tenggorakan nanti kering....
"Terima kasih....ih cepetan turun, sudah malem nih, mau balik ditunggu pacar gue...."
Itu mungkin yang diucapkan sang pramugari, dan kata hati. Sekali lagi hanya pramugari saja yang tahu dan Allah semata.

Mohon maaf, saya bukan menyepelekan tugas pramugari yang mulia, akan tetapi SOP itu bisakah diubah. Agar informasi yang disampaikan dipahami oleh penumpang, dan diri pramugari, dipacu untuk kreatif dalam menjalankan tugas, tidak hanya mengikuti "juklak" yang ada. Dan yang penting, pramugari juga gak BT banget, duduk melamun masa depan yang gak jelas. Mau jadi apa setelah gak jadi pramugari.

Tiba tiba pramugari senior sudah berdiri di samping saya, dengan senyuman yang khas, kemudian memberi tahu agar mematikan pengoperasian HP saya, walau jaringan sudah saya off kan tapi harus mati. " Mohon maaf tolong dimatikan HP, karena pesawat segera mendarat, terima kasih".

Oh, maaf mbak.....
Dimuat di: Rabu, 08-06-2011 10:12:07 oleh: Edy Hendras W
Kanal: Suara Konsumen: Rabu, 08-06-2011 10:12:07 oleh: Edy Hendras W
Kanal: Suara Konsumen

0 komentar:

AKU DAN SISWOYO

AKU DAN SISWOYO
Aku dan Sis tahun 1983, waktu pertama kali melakukan penelitian orangutan, Dia meninggal saat melahirkan anak, terlulu sering melahirkan. Biasanya orangutan, jarak kelahiran anak yang satu dengan yang lain 5-7 tahun. Tapi Sis kurang dari 4 tahun. Maklum setiap harii di Camp, badan subur dan jantanpun sering menaksirnya. Saat melahirkan ari-arinya ketinggalan, terinfeksi setelah ditemukan sudah koma. Siswoyo punya anak 3, Siswi, Simon dan Sugarjito.