25 November 2008

Cinta Ibu Sepanjang Jalan, Cinta pacar Sampai Prapatan


Ada benarnya, kalau para peneliti yang menekuni masalah `anthropologi`, ilmu yang mempelajari seluk beluk manusia, bahwa kera besar yang kini masih hidup dekat hubungannya dengan manusia. Malah ada yang mengatakan cara-cara hidup mereka, seperti gorilla, simpanse dan orangutan merupakan suatu contoh sebagian kehidupan manusia di zaman batu.
Namun, tidak semua perilaku kera besar itu sama dengan kehidupan manusia primitif. Sekarang anda kami ajak mengintip bagaimana kalau orangutan pacaran hingga memasuki `sarang` perkawinan.
Ternyata kera merah ini `nyaris` sama atau malah sama dengan manusia. Merekapun pilih-pilih pacar atau pasangan sebelum melakukan kopulasi. Perlu diketahui, bahwa orangutan berbeda dengan bangsa kera lainnya. Misalnya uwa-uwa yang mempunyai sistem keluarga, satu jantan satu betina. Simpanse dan Gorilla yang hidupnya berkelompok dan dipimpin jantan dominan. Orangutan hidupnya soliter, menyendiri di hutan sepi. Hanya hidup berteman saat jantan dan betina berpasangan, atau betina dengan satu atau dua anak yang belum mandiri. Selebihnya mereka hidup bebas lepas sendiri di rimba raya.
Soal pilih-memilih pasangan hidup sementara ini tak hanya dilakukan orangutan jantan saja, tetapi betina pun juga mempunyai `pria` idaman tersendiri. Ambil contoh `Unyuk` nama orangutan saat saya ikuti untuk meneliti perilakunya, masih momong anak angkatnya Dart. Unyuk telah memasuki masa birahi, estrus.
Unyuk `ngebet` dengan jantan dewasa yang bernama Curly, tentu saja Curly sedikit jual mahal. Mula-mula ia tak mau melayani. Namun, entah bagaimana karena mereka di pohon tinggi dan tidak terlihat, Curly pun luluh hatinya dengan rayuan Unyuk. Dua hari berlalu mereka berpasangan, kemanapun selalu berdua. Unyuk kalau sudah berpasangan kadang suka lupa dengan anak angkatnya, hingga Dart sering menangis karena ditinggal induk yang jauh berduaan.
Pada hari ketiga, di tengah hari saat Unyuk dan Curly mau berkopulasi entah saking girangnya atau apa, jantan berteriak, long call (seruan atau jeritan panjang). Rupanya teriakan Curly ditanggapi oleh orangutan jantan lain yang belum terkalahkan. Jantan liar datang mendekat yang kebetulan diikuti oleh Heru Datos, teman saya, yang spesial meneliti perilaku jantan.
Curly belum sempat berkopulasi, jantan liar yang ukuran tubuhnya jauh lebih besar dan perkasa dibandingkan Curly mendekat. Tanpa ada perlawanan, Curly langsung turun dari pohon cepat-cepat dengan melorot menjatuhkan diri di tanah dan hilang di kerimbunan semak. Unyuk yang sudah siap, diam tak bergeming ketika jantan pendatang mendekatinya. Unyuk duduk diam sambil mendekap Dart yang merengek ketakutan.
Entah kurang `ganteng` atau telah terlanjur jatuh dipelukan Curly, Unyuk meninggalkan jantan pendatang dan jantan tak berbuat sesuatu apapun seperti memaksa, ia hanya diam saja dan memperhatikan kepergian Unyuk yang menggendong anaknya.
"Tos, orangutan yang saya ikuti tak suka dengan jantan yang kau amati", canda saya kepada Heru Datos, teman se kampus yang sama-sama mengamati perilaku orangutan. "Iya, nih. Coba Sam (nama orangutan jantan liar yang diteliti Heru) mau, kita bisa gabung", jawabnya sambil mencatat. "Orangutan jantan itu banyak cacat sih, coba lihat jarinya, kakinya enggak bisa dibengkokin dan mukanya bopeng" canda saya.
Memang orangutan jagoan banyak cacat karena sering berkelahi. Lantas saya pergi mengikuti kemana Unyuk bergerak. Rupanya Unyuk mengejar kemana Curly pergi. Setelah bertemu, mereka selalu berdua. Sore hari mereka buat sarang berdekatan. Menjelang petang hari, saya lihat Curly masuk ke sarang Unyuk dan bergumul di dalam sarang dengan suara erangan yang menakutkan. Anak angkatnya diam bergantung di dahan lain.
Setelah usai, Curly berteriak, long call yang memekakakkan telinga. Puas, menang dan entahlah..... Tak hanya sekali atau dua kali mereka lakukan selama berpasangan, satu - dua minggu mereka berpasangan, mereka melakukan hubungan badan 2-4 kali seharinya. Setelah itu, tanggung jawab masing-masing. Jantan pisah cari pasangan lain dan betina mengembara menunggu kelahiran anaknya selama 260-270 hari, sama dengan manusia. Unik memang sisi kehidupan di rimba raya kita ini. Sementara ibunya mengandung, melahirkan, merawat hingga mandiri, sang jantan menyerahkan semua ke betina. Memang cinta ibu sepanjang jalan hingga liang lahat, kalau pacar hanya sampai prapatan (perempatan).

1 komentar:

Anonim mengatakan...

yg membedakan manusia dg orangutan adalah akal. bila seorang manusia kehilangan akalnya, maka prilakunya akan sama dan bahkan jauh lebih rendah dari orangutan.

orangutan saya kira tidak ada yg menelantarkan anaknya, bahkan Unyuk bersedia merawat seekor anak angkat. sementara manusia yg kehilangan akalnya, akan dg tega menelantarkan anak kandungnya, bahkan membuangnya...

terima kasih artikelnya bang... senang saya dapat bertemu dg blog bagus ini...

salam saya
VIZON

AKU DAN SISWOYO

AKU DAN SISWOYO
Aku dan Sis tahun 1983, waktu pertama kali melakukan penelitian orangutan, Dia meninggal saat melahirkan anak, terlulu sering melahirkan. Biasanya orangutan, jarak kelahiran anak yang satu dengan yang lain 5-7 tahun. Tapi Sis kurang dari 4 tahun. Maklum setiap harii di Camp, badan subur dan jantanpun sering menaksirnya. Saat melahirkan ari-arinya ketinggalan, terinfeksi setelah ditemukan sudah koma. Siswoyo punya anak 3, Siswi, Simon dan Sugarjito.