24 Desember 2013

BEKANTAN YANG CERDIK

Perilaku unik dari salah satu primata yang hanya hidup di Kalimantan, ditunjukkan oleh bekantan. Monyet Belanda, demikian sebagian masyarakat menyebutnya, sangat mudah dikenal karena bentuk luar yang khas. Satwa ini memiliki hidung yang besar dan mancung bagi hewan jantannya, dan bentuk hidung lancip bagi yang betina. Dalam bahasa Latin bekantan disebut dengan Nasalis larvatus, atau dalam bahasa Inggris sering disebut dengan istilah Proboscis monkey. Di Kalimantan primata ini mempunyai banyak sebutan seperti kahau (Kalimantan); bakara, bengkara, bengkada (Nagju, Kutai); paikah (Manyaan); rasong (Dayak); batangan (Pontianak); atau juga disebut monyet Belanda (Kalimantan Selatan). Mereka tersebar hampir di seluruh pulau Kalimantan termasuk Sabah Malaysia Timur. Di Kalimantan Selatan mereka dapat dijumpai di pulau Kaget dan pulau Laut, umumnya sering terlihat pada daerah hutan rawa atau muara sungai dan pinggiran sungai. Di Kalimatan Barat, mudah dijumpai di gunung Palung yang merupakan daerah hutan bakau, atau di sekitar sungai hingga hutan dataran tinggi. Sedangkan di Kalimantan Tengah, sering dijumpai di Taman Nasional Tanjung Puting. Mereka hidup di muara sungai ataupun pinggiran sungai, atau di dekat Sungai Mahakam. Di Kalimantan Timur dapat ditemui di Taman Nasional Kutai serta hutan rawa gambut dan hutan bakau di pantai Kalimantan Timur. Secara umum mereka hidup di sekitar sungai besar atau muara sungai. Bekantan merupakan bangsa primata yang mempunyai bentuk lain dari pada yang lain. Panjang ekor, lebih kurang sama dengan panjang tubuh, yaitu sekitar 559 - 762 mm. Warna rambut pada tubuhnya bervariasi. Bagian punggung berwarna cokelat kemerahan, sedangkan bagian ventral dan anggota tubuhnya berwarna putih keabuan. Bentuk hidung panjang, bagian muka tidak ditutupi oleh rambut. Ukuran hidung pada jantan dewasa lebih besar dari pada betina, demikian pula ukuran tubuhnya. Panjang tubuh bekantan jantan sekitar 660 - 762 mm dengan berat badan sekitar 16 - 22,5 kg. Sedangkan betina dewasa lebih kecil dari pada jantan, yaitu 533- 609 mm dengan berat tubuh sekitar 7 - 11 kg. Bekantan memakan berbagai bagian tumbuhan, lebih dari 50 % bekantan memakan daun muda, sekitar 40 % memakan buah, sisanya memakan berbagai jenis dari bagian tumbuhan seperti bunga, biji dan beberapa jenis serangga. Saat musim surut, mereka sering turun ke tanah untuk mencari makanan berupa serangga tanah. Binatang ini hidup di alam membentuk suatu kelompok besar. Kelompok pertama adalah kelompok yang dipimpin oleh satu jantan dominan dengan beberapa betina serta beberapa anak dan jantan-jantan muda atau disebut juga kelompok "single male". Kelompok kedua adalah kelompok yang umumnya hanya terdiri dari jantan semua. Umumnya individu di sini adalah jantan-jantan muda. Kelompok cukup besar, mencapai 25 ekor lebih. Kelompok besar ini, biasanya terdiri dari sub kelompok kecil. Saat mencari makan, mereka berpisah dan saat menjelang petang berkumpul kembali Bekantan merupakan satwa arboreal (hidup di pohon) yang kadang-kadang sering ditemui di tanah. Pergerakan dari dahan-ke dahan dilakukan berbagai cara, misalnya dengan melompat, bergantung atau bergerak dengan keempat anggota tubuhnya. Selain itu bekantan juga perenang ulung bila hendak menyeberangi sungai karena pada telapak tangan dan kakinya memiliki selaput kulit (web) seperti pada kodok. Pergerakan setiap hari dapat mencapai 1,5 kilometer lebih, sedangkan daerah jelajah bekantan cukup luas berkisar antara 50 - 270 ha, tergantung dari banyak sedikitnya anggota kelompok. Sebagai primata yang kerap kali menyeberang sungai, bekantan mempunyai cara untuk menghindar dari predator terutama buaya dan ikan karnivor (ikan toman). Pada saat berenang, melintas sungai itulah, satwa pemangsa sering menangkapnya. Cara melintas memang cukup unik. Umumnya mereka mengambil ancang-ancang dan mengayun dahan dari ketinggian pohon, kemudian meloncat terjun ke sungai. Saat menceburkan diri ke sungai, sering dilakukan bersama-sama diantara anggota kelompok. Di Taman Nasional Tanjung Puting, kelompok berkantan sering terlihat menyeberang sungai setelah ada perahu melintas. Kemungkinan dengan adanya perahu yang lewat, predator perairan akan menghindar, sehingga aman bagi kelompok bekantan untuk melintas sungai dengan berenang dan menyelam. Di tempat pemeliharaan, bekantan dapat hidup mencapai 5 tahun, di beberapa kebun binatang sudah dapat ditangkarkan. Bekantan pada saat-saat tertentu, sering mengeluarkan suara. Suara sengau seperti keluar dari hidung dikeluarkan oleh bekantan jantan. Suara ini sering dikeluarkan sebelum anggota kelompok memulai menjelajah. Kemungkinan untuk memberikan pertanda bagi anggotanya atau dikeluarkan untuk pamer kekuatan. Bisa juga untuk interaksi dengan kelompok atau jenis lain. Selain suara sengau, anggota kelompok juga sering mengeluarkan suara jeritan yang sering terdengar menjelang tidur. Perilaku mereka pun sangat lucu. Rupanya tak hanya manusia yang dapat mempelajari perilaku hewan. Bekantan pun dapat mengingat dengan mempelajari dari pengalaman. Monyet Belanda ini senang sekali melintas sungai, dengan berenang dan meloncat dan mencebur ke sungai untuk mencari makan. Predator mereka selain ular atau buaya adalah ikan toman yang ganas. Dari berbagai kasus, rupanya Bekantan bila ingin menyeberang menunggu perahu yang lewat. Mereka siap-siap meloncat setelah perahu atau klotok melintas. Dengan asumsi, setelah perahu lewat, ikan dan buaya menyingkir. Bekantan itupun saling lomba meloncat dan menyebur ke sungai dan berenang melintas ke seberang. Unik memang.

0 komentar:

AKU DAN SISWOYO

AKU DAN SISWOYO
Aku dan Sis tahun 1983, waktu pertama kali melakukan penelitian orangutan, Dia meninggal saat melahirkan anak, terlulu sering melahirkan. Biasanya orangutan, jarak kelahiran anak yang satu dengan yang lain 5-7 tahun. Tapi Sis kurang dari 4 tahun. Maklum setiap harii di Camp, badan subur dan jantanpun sering menaksirnya. Saat melahirkan ari-arinya ketinggalan, terinfeksi setelah ditemukan sudah koma. Siswoyo punya anak 3, Siswi, Simon dan Sugarjito.