07 Agustus 2009

Gajah vs Manusia


Konflik Gajah dengan manusia, rupanya sudah terjadi sejak dua abad silam lebih, khususnya di Sumatera. Adalah sebuah tulisan Raden Ronggowarsito, seorang Pujangga Besar yang mengisahkan mengenai pertempuran antara gajah dan manusia. Kisah dongeng itu berupa sebuah tembang dalam bahasa Jawa.

Dikisahkan sebuah konflik antara gajah dan manusia, perburuan dan pembunuhan gajah yang dilakukan manusia sering terjadi. Nah saat itulah, muncul seekor gajah yang merupakan jelmaan dari Dewa Gajah (Dewa Ghana). Gajah putih ini mengobrak-abrik perkampungan. Terpaksa di sebuah kerajaan kecil yang diceritakan itu, mendatangkan beberapa prajurit, dan prajurit tak dapat membendung amukan Sang Dewa Ghana, semua dapat dikalahkan oleh gajah putih itu.

Terpaksa mendatangkan seorang satria dari Pulau Jawa, yang sakti mandraguna dan bernama Raden Sutasoma. Terjadilah pertempuran antara Gajah Putih dengan Sang Ksatria. Ringkas ceritera, Gajah putih tersebut kalah dan mati terbunuh, namun setelah gajah itu tumbang, munculah sang dewa. Dan dewa ghana serta sang ksatria, melakukan gencatan senjata.

Maka kedua mahluk yang berbeda itu, mengadakan pertemuan dan membuat sebuah perjanjian. Di sepakatilah sebuah perjanjian antara Gajah yang diwakili Dewa Ghana, dan manusia diwakili oleh Sutasoma. Dalam perjanjian tersebut, disepakati bahwa manusia dan gajah melakukan pembagian lahan di Hutan yang masih lebat dijadikan tempat tinggal Gajah, dan lahan yang sudah terlanjur jadi tempat tinggal dan pertanian, dijadikan tempat tinggal manusia, selain itu disepakati saling menghormati antara manusia dan satwa gajah. Gajah tidak boleh mengganggu manusia, dan sebaliknya manusia tidak boleh mengusik ketenangan gajah di dalam hutan.

Maka setelah itu, terjadilah kehidupan yang damai, berbagi kehidupan antara satwa dengan manusia, dan ada sebuah perjanjian, apabila terjadi pelanggaran, maka masing2 akan mendapatkan hukuman, baik manusia maupun gajah. Ini merupakan cikal bakal sebuah pemikiran dan konsep mengenai kawasan pelestarian, dan tulisan Raden Mas Ronggowarsito ini, rupanya lebih dulu bila dibandingkan dengan penetapan kawasan kawasan konservasi alam pertama di AS, yaitu di Yellow Stone. (Illustrasi FFI Aceh)

0 komentar:

AKU DAN SISWOYO

AKU DAN SISWOYO
Aku dan Sis tahun 1983, waktu pertama kali melakukan penelitian orangutan, Dia meninggal saat melahirkan anak, terlulu sering melahirkan. Biasanya orangutan, jarak kelahiran anak yang satu dengan yang lain 5-7 tahun. Tapi Sis kurang dari 4 tahun. Maklum setiap harii di Camp, badan subur dan jantanpun sering menaksirnya. Saat melahirkan ari-arinya ketinggalan, terinfeksi setelah ditemukan sudah koma. Siswoyo punya anak 3, Siswi, Simon dan Sugarjito.